Indonesia-Vatikan Bahas Kolaborasi Pendidikan Karakter Anak. (Sumber: Kemenag)
Jakarta, Info Publikasi - Indonesia dan Vatikan memperkuat kolaborasi dalam pendidikan karakter anak menjelang perayaan Hari Anak Nasional Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) 2025. Komitmen ini ditegaskan dalam audiensi antara Menteri Agama Nasaruddin Umar dan delegasi Vatikan yang berlangsung di Ruang VIP Masjid Istiqlal, Jumat (14/11/2025), sebelum dilanjutkan dengan peninjauan Terowongan Silaturahmi Istiqlal–Katedral.
Pertemuan lintas iman ini menjadi ruang dialog strategis mengenai pembentukan karakter anak, penguatan nilai kemanusiaan, dan pentingnya keluarga sebagai pusat pendidikan moral. Delegasi Vatikan hadir bersama perwakilan Gereja Katedral Jakarta untuk membahas persiapan acara kolaboratif Keuskupan Agung Jakarta (KAJ) dan 5P Global Movement Indonesia (5P Kids) yang akan digelar pada Sabtu, 15 November 2025.
Menag: Keluarga adalah Hulu Pendidikan Karakter
Dalam pertemuan tersebut, Menteri Agama Nasaruddin Umar mengapresiasi kolaborasi Vatikan dan menekankan bahwa Indonesia menempatkan pendidikan karakter sebagai prioritas yang dimulai dari lingkungan terkecil: keluarga.
“Di Indonesia, kami menanamkan pendidikan berakhlak sejak dari hulu. Kami memberikan bimbingan pranikah kepada calon pengantin agar tercipta keluarga harmonis,” jelas Menag.
Ia menambahkan, keluarga yang kuat akan melahirkan anak-anak yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga matang secara emosional.
“Dari keluarga harmonis akan tumbuh anak-anak yang merasa aman, dicintai, dan memiliki contoh nyata tentang kebaikan,” ujarnya.
Pesan Fr. Enzo: Tiga Nilai Luhur Anak yang Hilang dari Orang Dewasa
Fr. Enzo Fortunato dari Pontifical Commission World Children’s Day Vatikan menyampaikan tiga filosofi penting dari dunia anak yang menurutnya semakin hilang dalam kehidupan orang dewasa.
Pertama, kepercayaan murni. “Anak-anak mengulurkan tangan kepada orang tuanya tanpa keraguan. Mereka percaya sepenuhnya. Ini adalah pengingat bahwa hubungan dewasa kini rapuh karena hilangnya rasa percaya,” ujar Fr. Enzo.
Kedua, menghormati batas dan perbedaan. Ia menilai anak-anak tahu kapan harus berhenti bermain saat ada yang tersakiti. Hal ini lanjut Fr. Enzo, adalah sebuah kemampuan yang sering hilang pada orang dewasa dalam berdebat dan berdialog.
Ketiga, mimpi untuk dunia yang lebih baik. Mimpi anak-anak dianggap bersih dan penuh harapan. "Inilah yang menginspirasi Paus Fransiskus menetapkan Hari Anak Sedunia untuk membangun tatanan sosial yang lebih manusiawi," ungkap Fr. Enzo.
Fr. Enzo juga mengundang anak-anak Indonesia dari berbagai agama untuk berpartisipasi dalam Hari Anak Sedunia kedua di Vatikan.
“Kami berharap anak-anak Indonesia bisa hadir, belajar satu sama lain, dan memperkuat persaudaraan lintas iman,” katanya.
Simbol Toleransi di Terowongan Silaturahmi
Audiensi diakhiri dengan peninjauan Terowongan Silaturahmi Istiqlal–Katedral, simbol kuat harmonisasi dan dialog antarumat beragama di Indonesia. Selain membahas agenda anak, pertemuan ini menegaskan komitmen kedua pihak dalam memperjuangkan nilai kemanusiaan dan pendidikan karakter yang universal.
Kolaborasi Indonesia–Vatikan ini memperkuat pesan bahwa masa depan anak-anak adalah tanggung jawab bersama, lintas agama dan lintas bangsa.
Staf Ahli Menteri Agama Bidang Manajemen Komunikasi dan Informasi, Adiyarto Sumardjono, menegaskan bahwa kehadiran Vatikan mencerminkan perhatian bersama terhadap isu global tentang perlindungan dan pengembangan anak.
“Human society adalah hal yang penting. Baik orang dewasa maupun anak-anak harus dapat saling menghormati, terhadap bumi dan seluruh makhluk,” ujarnya.***
