Notification

×

Iklan

Iklan

Indonesia Dorong Implementasi Nanning Initiatives untuk Perkuat Sinergi Sektor Industri ASEAN–Tiongkok

Kamis, 18 September 2025 | September 18, 2025 WIB | 0 Views Last Updated 2025-09-18T17:28:41Z
Indonesia Dorong Implementasi Nanning Initiatives untuk Perkuat Sinergi Sektor Industri ASEAN–Tiongkok. (Sumber: Kemenperin)

Tiongkok, Info Publikasi - Wakil Menteri Perindustrian Republik Indonesia, Faisol Riza, menghadiri ASEAN–China Industry Ministerial Roundtable Meeting yang berlangsung di Nanning, Tiongkok, Rabu (17/9). Pertemuan tersebut menegaskan komitmen Indonesia dalam mendorong kerja sama sektor industri yang lebih erat, sejalan dengan Nanning Initiatives yang mendapat dukungan dari Negara Anggota ASEAN dan Tiongkok.

Dalam sambutannya, Wamenperin Faisol yang mewakili Menteri Perindustrian RI menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Tiongkok atas terselenggaranya pertemuan tingkat Menteri Industri ASEAN–China yang pertama kali.

“Pertemuan ini menjadi tonggak penting dalam memperkuat kerja sama industri ASEAN–Tiongkok. Setelah adanya Shenzhen Initiative on Cooperation in Emerging Industries pada 2023, kini kita bersama-sama memberikan dukungan terhadap Nanning Initiative sebagai wujud komitmen untuk membangun komunitas ASEAN–China yang lebih erat dengan masa depan bersama,” ujarnya dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Kamis (18/9).

Wamenperin menegaskan, Indonesia sebagai salah satu kekuatan industri di ASEAN berkomitmen terhadap industrialisasi yang inklusif, berkelanjutan, dan berdaya saing global. 

“ASEAN dan Tiongkok merupakan mitra strategis dalam membangun ekosistem industri yang tangguh, sekaligus menjadikan ASEAN sebagai motor pertumbuhan kawasan,” jelasnya.

Tema ASEAN 2025 “Inclusivity and Sustainability” juga menjadi pijakan Indonesia dalam mendorong kerja sama regional. Wamenperin menyoroti transformasi digital sebagai salah satu prioritas, mengingat ekonomi digital ASEAN diproyeksikan meningkat dari USD 300 miliar menjadi USD 2 triliun pada 2030.

“Kami berharap Tiongkok membuka kesempatan bagi ASEAN untuk berkolaborasi dalam meningkatkan infrastruktur digital dan menjembatani kesenjangan digital,” tutur Faisol.

Selain itu, Wamenperin juga menyampaikan arah kebijakan industri nasional yang terangkum dalam Strategi Baru Industrialisasi Nasional (SBIN). Terdapat empat pilar utama dalam kebijakan tersebut. Pertama, akselerasi hilirisasi sumber daya alam, khususnya mineral strategis seperti nikel, tembaga, dan bauksit. 

Kedua, pembangunan industri hijau, sejalan dengan target net zero emission 2060 melalui transisi energi bersih dan pengembangan kawasan industri rendah karbon. Ketiga, transformasi digital industri melalui Making Indonesia 4.0. Keempat, penguatan SDM industri berbasis kompetensi, termasuk pendidikan vokasi dan platform pembelajaran digital.

“Kolaborasi yang saling menguntungkan menjadi kunci menjaga ketahanan rantai pasok dan daya saing kawasan. Dengan kontribusi sektor industri sekitar 35% terhadap PDB ASEAN dan 16,92% terhadap PDB Indonesia pada triwulan II 2025, serta kinerja ekspor manufaktur yang mencapai USD 128,13 miliar atau 80% dari total ekspor nasional, sektor ini terbukti menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi,” ungkap Faisol.

Wamenperin juga menekankan bahwa Nanning Initiatives tidak boleh berhenti pada tataran rekomendasi semata. “Kami ingin memastikan inisiatif yang telah mendapat dukungan ini diimplementasikan melalui investasi, alih teknologi, dan program peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Dengan begitu, manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh dunia usaha dan masyarakat di kawasan,” tegasnya.

Selain pertemuan utama, dalam rangkaian agenda juga diadakan courtesy meeting singkat antara seluruh kepala delegasi ASEAN dan Tiongkok yang dipimpin oleh Menteri Industri dan Teknologi Informasi Tiongkok, Li Lecheng, dengan didampingi oleh Chairperson of Guangxi Zhuang Autonomous Region.

Wamenperin turut menyampaikan potensi besar yang dimiliki Indonesia untuk menjadi hub dalam rantai pasok global untuk Kendaraan Energi Baru (New Energy Vehicle/NEV). Dengan cadangan mineral yang melimpah seperti nikel, kobalt, dan timah, Indonesia berada di posisi strategis untuk memainkan peran penting di segmen hulu industri NEV. Potensi ini tidak hanya memperkuat posisi ekonomi kawasan tetapi juga mendukung transisi energi global menuju masa depan yang lebih berkelanjutan.

Mengakhiri rangkaian pertemuan, Wamenperin kembali menegaskan komitmen bersama untuk memperkuat kemitraan ekonomi dan merancang jalan ke depan secara bersama-sama guna menjawab berbagai tantangan demi stabilitas dan kemakmuran regional. “Saya berharap Forum ASEAN-China ini dapat menjadi katalisator bagi inovasi dan sinergi yang lebih besar di tahun-tahun mendatang.,” pungkasnya.***
×
Berita Terbaru Update